Wednesday, March 9, 2011

Ketika aku FUTUR

Awal November

Azan berkumandang jelas memasuki ruang kamarku, menembus dinding hatiku, mengusik imanku, tapi.. entah mengapa aku tidak bangkit untuk berwudhu?  Aku masih diam, duduk di depan komputer, asik berselancar di dunia maya.. mencari-cari sesuatu yang dapat mengisi kekosongan hatiku, kehampaan batinku, kesepianku akan seorang sahabat sejati.. ya, hanya  dunia maya yang aku kuasai, begitu banyak teman disini, tanpa peduli mereka hanya virtual atau imajinasi, tokoh yang biasanya tidak asli dari yang asli. Di dunia maya ini, aku adalah yang paling sholeh dan zuhud, yang paling abid. Maka disinilah aku sendiri. Menggunakan alasan dakwah, aku membuat catatan islami sambil mengabaikan azan yang memanggil…

***
Oktober Pertengahan Akhir

Beberapa minggu lalu aku bangun pukul 3 pagi, dan dengan mudah melangkah untuk berwudhu, menggelar sejadah, memakai mukena putih, kemudian bertahajud, keimananku terasa sedang di puncaknya, ruku’ dan sujud adalah udaraku, adalah ekstasiku, adalah obatku.. rasanya manis sekali, nikmat tiada tara, menenangkan nurani dan hati, seluruh tubuhku serasa berzikir, suatu kenikmatan yang tak dapat dan takkan mampu dijelaskan oleh kata-kata. Aku merasa Allah sangat dekat, memandikanku degan limpahan RahmatNya, mengelilingiku dengan hidayahNya, mencucuriku denagan maghfirohNya.. rasanya, surga begitu dekat..
 
Beberapa hari lalu, aku melangkahkan kaki dengan ringan menuju majlis ilmu, tak sabar rasanya bertemu wajah-wajah cerah nan anggun milik saudari-saudariku, yang akan menyambutku dengan jabatan erat dan pelukan hangat, beserta sapaan salam yang sungguh terasa enak didengar, kemudian duduk melingkar bersama mereka. Mendengarkan limpahan ilmu syar’i yang membawa serta hidayah di dalamnya, yang membawa serta alasan ketinggian derajat didalamnya.. aku bisa merasakan, para malaikat mengeliling kami ketika itu, mengucapkan salam, dan memohonkan ampun untuk kami, pohon-pohon juga menyampaikan salam yang disampaikan oleh hembus angin, bahkan aku juga mendengar ikan dilautan berzikir untuk kami..
 
Kemarin, aku merasa begitu sedih, dan kesedihanku sungguh misterius, karena ia datang tanpa di undang, pun, tak ada kejadian apapun yang membuatnya pantas untuk mendatangiku, aku merasa begitu gelisah, sore itu, aku merasa begitu jauh dari Allah, rasanya aku dekat dengan neraka, pagi harinya, aku bangun pukul lima, sadar tertinggal tahajud dan belum shalat subuh, namun aku tak kuasa menahan kantukku, rasanya berto-ton pasir sedang menguburku, berat tapi nyaman, dan, akupun meneruskan petualanganku di dunia mimpi.. hingga aku terbangun pukul 08.00, lalu aku sadar sesadarnya, bukan hanya meninggalkan tahajud dan subuh, namun aku juga meninggalkan habluminannasku pagi ini. Segera ku ambil handphone, meng-sms sekolah dan meng-konfirm ketidakhadiranku mengajar pagi ini. Sakit, itulah alasanku, aku sadar itu adalah kebohongan, kebohongan yang tidak menyakiti dan merugikan siapapun kecuali diriku sendiri. Dan seharian ini, aku bolak-balik antara tv dan computer, antara dvd-dvd yang berisi picisan murahan keakun jejaring social yang penuh kepalsuan. Zuhurpun aku kerjakan pukul 14.00. ashar pukul 17.00, dan maghrib di jamak dengan isya pukul 21.00. aku tahu aku sedang melakukan kesalahan, yang aku lakukan hari itu rasanya sangat menyakitiku, aku sedang menzhalimi diri sendiri. Benar-benar sedang berusaha melemparkan diri ke jurang neraka. Namun aku abaikan rasa berdosa itu, dan kualihkan perhatianku pada dunia..
 
05 November

Hari ini, setelah mematikan komputer, aku merebahkan diri di ranjang, menyalakan musik yang telah lama tidak kudengar setelah tahu musik itu dilarang oleh agama. Namun kini, kuabaikan larangan itu dalam keadaan sadar. Kudengarkan nada-nada membius diiringi lirik-lirik romantisme percintaan penuh penghayatan, lagu-lagu itu menembus hatiku, entahlah, ada sesuatu yang sakit dihatiku, bintik hitam disana bertambah banyak, ibarat air bening, hatiku makin keruh dan keruh, dan sungguh, rasanya sungguh menyakitkan dan menyiksa, aku pun menangis, bukan karena lirik sedih lagu itu, tapi aku menangisi kondisi hatiku saat ini, yang kukotori dengan brutal setelah dengan susah payah merawat dan selalu membersihkannya dengan zikir dan tilawah. Sungguh, airmata ini menangisi kefuturanku sendiri, lalu aku sadar aku belum shalat, waktu shalat pun hampir habis, aku tahu bagaimana menghentikan kesedihan ini, aku tahu caranya, namun kuabaikan jalan itu, dan aku terus mendengarkan musik yang menyakiti hati dan imanku…

***
 
09 Desember

Berminggu-minggu aku dalam kondisi futur, melalaikan shalat, meninggalkan sunah, terlalu banyak mengerjakan mubah, bahkan menembus batas-batas haram.. aku layaknya mayat hidup. Tak ada kenikmatan lagi ketika shalat, tak ada rasa dibelai lagi ketika sujud, tak merasa manis lagi ketika zikir, dan tak merasa didengar lagi ketika do’a.. aku benar-benar layaknya mayat hidup.
 
Suatu malam aku naik ke loteng rumahku, berbaring disana, menatap langit yang menatapku balik, lama aku tercenung disana, berjam-jam. Tak kuhiraukan dingin yang menggigit tulangku, tak kuhiraukan nyamuk-nyamuk yang menghisap darahku, aku mati rasa..
 
 
Malam penuh bintang..
Dan bintang-bintang  itu..
Biru..
Menggigil di kejauhan..
Angin malam berkelit di langit sambil bernyanyi..
Di malam-malam seperti ini..
Di bawah langit tak berbatas..
Di malam mencekam ini..
Puisiku masuk dalam jiwa..
Seperti embun pada rerumputan..
Begitulah..
Di kejauhan..
Seseorang menyanyi di kejauhan..
Jiwaku hampir mati kini..
Malam ini juga..
Desir yag menjamah pepohonan itu juga..
Tangisku menggapai angin..
Namun, lukisan bulan menggodaku..
Goresan bintang mengerjap..
Seakan menertawakan kesedihanku..
Di perjalanan melintasi bukit-bukit dan lereng-lereng kesemuan ini..
Wahai langit penghiburku..
Aku merindukan  Penciptamu..........

***
 
Aku menangis sejadi-jadinya,
lalu.. aku merasakan itu,
sentuhan lembut Tuhan,
di hatiku..

Tanpa mengulur waktu, aku segera turun dengan langkah pasti, seolah ada yang menggerakkan kakiku, ke tempat wudhu, ketempat shalat, dengan penuh kerinduan, kugelar kembali sajadahku di sepertiga malam penuh bintang ini…


***
Depok, 10 desember 2010